Welcome To Knowledge Corner

Welcome and have a look around…

In this blog I would like to help everyone who interested in learning a programming languages or even getting started with the setup and setting the developer environment. I will explain the well-known programming languages like C, C++, C#(Sharp), Delphi and Java (Use in Android). This blog is not close to student that want to understand more. Hopefully my article to be conveyed here is easy to understand.

last but not least for the rest of the acticle in this blog I will use Bahasa…

Thank you and Have a Happy Learning !

Posted in Uncategorized | 1 Comment

Wally Sang Supir Taksi

Sampai sekarang masih banyak yang menggunakan fitur Broadcast Message pada aplikasi BBM atau disingkat menjadi BM. Kali ini saya mendapatkan sebuah cerita inspiratif yang tersebar melalui Broadcast message di BBM dan segera setelah saya membacanya saya menjadi tertarik untuk mempublikasikannya barangkali ada yang tahu darimana sumbernya. Berikut adalah BM yang saya terima :

Suatu ketika, Harvey MacKay (sang pembicara motivasi) sedang menunggu antrian taksi di sebuah bandara. Lalu, sebuah taksi mengkilap muncul & mendekatinya.

Sang supir taksi pun keluar dgn berpakaian rapi, & segera membukakan pintu penumpang.
kemudian memberi Harvey sebuah kartu & berkata,”Nama saya Wally, silakan membaca pernyataan Misi saya.”

Harvey kemudian membaca kartu tersebut:
“Misi Wally: Mengantar pelanggan ke tempat tujuan dgn cara tercepat, teraman & termurah dalam lingkungan yg bersahabat.”

Harvey terkejut, terutama setelah ia melihat bagian dlm taksi sangat bersih.

Di balik kemudi, Wally berkata:
“Apakah Anda ingin Kopi? Saya punya yg Biasa & tanpa Kafein.”

Harvey pun berkata “Tidak, saya ingin minuman ringan saja.” ternyata Wally menjawab,
“Tak masalah, saya punya pendingin dgn Coke biasa dan Diet Coke, air, serta jus jeruk.”
Dgn terkagum2, Harvey berkata “Saya mau Diet Coke saja.”

Setelah memberikan Diet Coke, Wally pun kembali menawarkan
“Jika Anda ingin membaca, saya punya The Wall Street Journal, Time, Sports Illustrated dan USA Today.”

“Apakah kau selalu melayani pelanggan seperti ini, Wally?” Tanya Harvey.

Dulu Saya Suka mengeluh seperti kebanyakan supir taksi. Kemudian saya mendengar Wayne Dyer di radio yg mengatakan bahwa ia baru saja menulis buku berjudul ‘You’ll See It When You Believe It’.

Ia mengatakan bahwa jika Anda bangun & mengharap hal buruk terjadi, maka itu hampir pasti terjadi.

Dan Ia berkata lagi, ‘Berhenti mengeluh! Berbedalah dari pesaing Anda.
Jangan menjadi BEBEK..Jadilah ELANG..
BEBEK menguik & mengeluh.
ELANG membumbung tinggi di Angkasa.’

Cerita Wally sungguh inspiratif. Ia memberi layanan sebuah limo dari sebuah taksi, melipatgandakan penghasilan, karena ia memilih tuk menjadi Elang & bukannya Bebek.

Mengeluh tidak merubah Nasib menjadi baik, malah jadi tambah sulit….

Semoga memberikan inspirasi bagi pembaca.

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Masalah pada bakat Teknologi Informasi

Menurut Martha Heller  keahlian bisnis pada IT Executif bisa menjadi hal yang sulit di masa yang akan datang, dan akan menjadi masalah yang besar pada perusahaan anda jika perusahaan anda bergantung sepenuhnya pada teknologi informasi yang tersedia (benar bukan?). Mungkin memang sudah saatnya untuk memulai mengembangkannya sendiri.

Kembali ke tahun 2010, sebelum era dot-com gagal total, Martha Heller menulis kolom mingguan pada majalah “CIO Magazine” Dan ia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk membahas “the technology workforce crisis.” Masalah besar yang terjadi adalah peraturan pemerintah U.S yang mengenakan Visa H-1B pada perusahaan yang sangat membutuhkan tenaga developer dan pekerjaan teknologi lainnya. Lalu datanglah kegagalan total dot-com, dan berita (dan kolom Martha) adalah semua tentang PHK dan mengidentifikasi siapa dan ada yang terjadi dalam bencana internet.

Setelah ekonomi pulih dari kegagalan, perusahaan mempunyai pandangan yang lebih seimbang dalam memperkerjakan ahli teknologi. Perusahaan membutuhkan ahli teknologi yang bagus, dan perusahaan mampu merekrut mereka dengan mudah atau merekrut mereka dari luar negeri.

Masuk ke tahun 2010-an. Dengan teknologi Cloud, Big data, mobilitas dan konsumerisme, perusahaan membutuhkan lebih banyak bakat teknologi informasi daripada yang mereka butuhkan di akhir 1990-an, dan bakat yang tersedia menjadi tidak mencukupi. Pendaftaran kuliah jurusan ilmu computer berada pada titik terendah pada waktu itu dan pengetahuan tentang sistem lama atau sistem yang sudah berjalan juga ikut bersama dengan pekerja Baby Boomer yang sudah pensiun. Bersamaan dengan itu Silicon Valley kembali memanas. Apakah pengembang muda, brilian akan lebih memilih bergabung dengan perusahaan dot-com daripada mengupgrade sistem penggajjian pada perusahaan?

Posted in Uncategorized | Leave a comment

Takita, suatu simbol tentang pentingnya kebiasaan bercerita

Saya mendapatkan artikel insipiratif ini pada email saya dimana saya berlangganan newsletternya. Artikelnya menyadarkan saya akan banyak hal dan memberikan pesan yang baik. Semoga artikel ini bisa memberikan inspirasi pada pembaca blog saya.

Salam bahagia,

Saya menulis surat ini bukan saja sebagai Ketua Indonesia Bercerita, namun juga sebagai seorang ayah dari seorang putri bernama Damai. Saya belajar banyak dari Damai mengenai bagaimana menjadi seorang ayah. Ayah ternyata bukan sekedar yang mencukupi kebutuhan materinya, namun juga sebagai teman yang mencintainya tanpa syarat.

Saya belajar bahwa anak butuh lebih dari materi, ia juga butuh cerita apa yang dikerjakan orang tuanya untuk menjawab pertanyaan teman dan gurunya, apa pekerjaan ayahmu, ibumu kerja dimana. Anak butuh lebih dari mainan, ia juga butuh dongeng yang memanjakan imajinasinya. Anak butuh lebih dari pertolongan, ia juga butuh stimulasi dan kepercayaan penuh bahwa ia bisa menyelesaikan kesulitannya sendiri.

Apa yang saya alami bukan hal mudah, saya berjuang sebagaimana orang tua lain di seluruh Indonesia untuk menjadi orang tua yang baik. Seperti orang tua yang baru saja dianugerahi buah hati lainnya, saya belajar untuk mendengarkan yang mungkin hal kecil namun itu perjuangan berat bagi saya. Dan mungkin saya masih lebih beruntung secara ekonomi dan pendidikan dibandingkan banyak orang tua lainnya yang juga berjuang menjadi orang tua yang baik.

Saya tidak bisa membayangkan betapa beratnya orang tua yang pendapatannya terbatas. Bagaimana dengan orang tua yang tinggal bukan di kota besar atau bahkan yang tinggal di pelosok. Bertahan hidup sendiri sudah perjuangan berat, belum lagi perjuangan untuk mendidik anak-anaknya. Saya mungkin tidak akan bisa sebaik mereka menghadapi tantangan hidup.

Orang tua yang tinggal di kota besar pun menghadapi kesulitannya sendiri. Persaingan begitu keras memaksa mereka bekerja keras melampui kemampuannya sebagai orang tua. Waktu keluarga yang tersita. Energi buat keluarga yang tak tersisa. Dalam kelelahan, mereka cenderung pasrah dan tidak mampu mendampingi anak-anaknya.

Pada sisi lain, media massa maupun internet tidak bersahabat dengan anak, tidak membantu orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Terlalu banyak berita negatif, berlebihan, dan tidak mendidik bagi anak. Isi yang lebih mengejar rating, oplah dan jumlah kunjungan tentu mengesampingkan hal-hal yang lebih prinsip

Indonesia dengan banyak kemajuannya masih menyimpan pekerjaan rumah yang luar biasa. Hidup rukun dalam keragaman sebagai sebuah bangsa. Pertikaian dan penindasan sekelompok warga negara terhadap warga negara lain bukannya disikapi dengan tegas, justru terjadi pembiaran. Pembiaran yang awalnya diartikan “boleh” kemudian semakin lama diartikan “harus” dilakukan. Pembiaran yang membiakkan kekerasan dalam kehidupan berbangsa.

Banyak orang tua termasuk saya yang khawatir mengenai masa depan anak-anak Indonesia. Bagaimana  pengaruh media massa dan internet terhadap anak-anak kami? Bagaimana pergaulan antara anak-anak kami yang berbeda ketika perbedaan justru jadi alasan dilakukannya kekerasan? Bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain sebagai anak-anak bangsa? Dan apakah mereka tetap akan menjadi bagian dari sebuah bangsa yang disebut Indonesia?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menyiratkan persoalan besar bangsa ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentu tidak akan menemukan jawabannya dalam beberapa hari atau bulan ke depan. Tugas kitalah sebagai warga negara, sebagai orang tua dari anak-anak kita, untuk memberikan sepotong jawaban. Sepotong jawabah ibarat nada yang bila terangkai akan menjadi sebuah nyanyian kebangsaan yang indah.

Seringkali persoalan besar dan rumit, tapi bisa jadi jawabannya simpel. Sebuah bangsa akan menghargai keragaman bila anak-anaknya tumbuh dan besar dalam relasi yang menghargai perbedaan. Sebuah bangsa akan menghargai keragaman bila anak-anaknya belajar dan bersekolah dalam suasana yang mendukung setiap potensi unik. Bagaimana caranya?

Caranya mudah, bercerita. Bercerita lebih luas dari pada mendongeng, sehingga mempunyai beragam peran dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Bercerita itu meliputi juga ketika orang tua menceritakan apa yang membanggakannya dalam bekerja, ketika guru menyampaikan materi pelajaran melalui pengalaman-pengalaman yang dekat dengan keseharian anak, bahkan ketika anak menceritakan aktivitasnya hari ini pada orang tua.

Saya bercerita mengenai pekerjaan saya pada Damai, agar ia memahami bahwa dunia tidak sebatas bermain dan belajar. Sebagaimana saya menyimak Damai yang tengah bercerita mengenai aktivitas hari ini, agar saya memahami cara berpikir, potensi dan aspirasinya. Begitu juga dengan guru yang bercerita pengalamannya, saya yakin murid-murid akan lebih menghargainya sebagai manusia biasa yang patut dicontoh.

Lebih jauh lagi, bayangkan dampaknya bila anak mendengar cerita anak dari daerah lain yang berbeda. Bayangkan dampaknya bila orang dewasa bercerita mengenai tindakan yang membanggakan dengan rekan-rekan kerjanya. Bayangkan dampaknya bila guru saling bercerita mengenai pengalaman terbaiknya dalam mengajar. Bayangkan dampaknya bila komunitas dan lintas komunitas berbagi cerita keunikannya. Setiap kali bercerita dilakukan ditengah perbedaan, setiap kali pula jarum tenun kebanggsaan bekerja.

Hampir setiap orang bisa dan suka bercerita. Sayangnya, banyak persepsi dan kebiasaan yang meminggirkan aktivitas bercerita. Bercerita hanya menjadi aktivitas sambilan baik di keluarga, sekolah, tempat kerja maupun dalam kehidupan berbangsa. Bercerita tidak mendapat tempat utama, bercerita lebih banyak dilakukan di sudut ruangan dengan berbisik-bisik. Tidak heran bila sekarang hanya 40% orang tua yang bercerita pada anaknya (Kompas).

Mengingat pentingnya bercerita sebagai jarum tenun kebangsaan, kami terpanggil untuk menghidupkan kembali tradisi bercerita ke seluruh nusantara melalui gerakan Indonesia Bercerita. Melalui surat ini, kami mengundang orang Indonesia yang peduli untuk terlibat dalam menyebarkan semangat bercerita melalui inisiatif yang kami sebut sebagai Takita.

Saya sebagai orang tua Damai mempunyai harapan besar, Takita menjadi inisiatif yang berkontribusi membentuk suasana kebanggsaan dimana Damai dan anak-anak lainnya akan berkembang. Saya sebagai Ketua Indonesia Bercerita berharap Takita bisa menginspirasi orang tua dan guru untuk bercerita pada anak dan muridnya.

Takita, suatu simbol tentang pentingnya kebiasaan bercerita pada keluarga Indonesia. Takita mewakili suara hati anak-anak Indonesia yang  butuh kehangatan, kasih sayang dan dukungan keluarganya. Takita mewakili jiwa anak-anak yang cerita, senang bercerita dan menjelajah ke berbagai tempat untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Takita mempunyai mimpi, kerumah manapun di Indonesia, Takita bisa mendengar sebuah keluarga tengah hangat bercerita.

Bila peduli, mulailah melakukan praktek bercerita saat ini juga. Pada seorang atasan, Takita menyerukan untuk bertanya pada bawahannya, kapan mereka bekerja dengan rasa senang dan bangga. Pada orang tua, Takita mengundang untuk bertanya pada anaknya, apa yang menyenangkan pada hari ini. Pada guru, Takita mengajak untuk bertanya pada muridnya, kapan mereka merasakan semangat belajar. Pada komunitas, Takita memberikan tantangan untuk mengubah pertemuan menjadi tempat untuk bercerita.

Selain dengan bercerita, Takita mengundang kita semua untuk menjadi barisan dari gerakan semangat bercerita. Barisan yang mengajak teman, saudara, dan kenalan untuk bercerita. Ajakan bisa dalam kehidupan sehari-hari namun kami mengundang anda untuk menuliskan ajakan tersebut pada media daring (online) seperti blog atau catatan (notes) Facebook. Mengapa? Penyebaran semangat bercerita bukanlah perjuangan jangka pendek. Semangat bercerita hanya akan berdampak besar bila dilakukan secara berulang dan konsisten. Penulisan pada media daring akan membuat kita akan terus mengingatkan Indonesia sebagai bangsa pencerita. Bagaimana caranya? Silahkan klik di

http://bit.ly/SuratTakita 

Gerakan Takita memang berawal dari gerakan di ranah daring (online) dengan menyediakan podcast cerita anak gratis dan pengetahuan bercerita untuk mendidik anak. Tapi tidak akan sebatas ranah daring, gerakan Takita akan terus bergerak ke ranah luring (offline) berupa Rumah Takita, sebuah rumah bagi anak-anak kampung untuk belajar, bermain dan bercerita. Sebuah rumah yang sekaligus menjadi pusat pengembangan modul bercerita & peningkatan kapasitas guru pencerita. Modul-modul bercerita tersebut dapat digunakan secara gratis oleh rumah singgah, rumah baca, atau taman baca di seluruh Indonesia.

Pada akhirnya, mari bercerita dengan cerita luar biasa layaknya seorang penenun dengan jarumnya menganyam tenun kebangsaan kita. Tenun kebangsaan yang kokoh dan nyaman untuk tempat bernaung bagi anak-anak kita

Salam Damai

Bukik Setiawan

Indonesia Bercerita
Email:
Halo@IDcerita.org

Terima kasih dukungannya buat Takita. Bila ingin memberikan dukungan, silahkan sebarkan Surat Terbuka ini ke teman dan komunitas anda.

Follow @KataTakita di twitter |

Like http://Facebook.com/BonekaTakitaSumber: 
http://wp.me/p26yil-n2 

Posted in Uncategorized | Leave a comment